Pemadatan UKK 2023
https://youtu.be/3rYQp9Tqb5c
Bitmap dan Vektor: Pengertian, Karakteristik, Contoh Aplikasi, dan Format File
A. Gambar Bitmap
Gambar
bitmap adalah kumpulan bit yang membentuk sebuah gambar. Gambar tersebut
memiliki kandungan satuan-satuan titik (atau pixels) yang memiliki warnanya
masing-masing (disebut dengan bits, unit terkecil dari informasi pada
komputer). Semakin banyak jumlah pixel yang ada pada sebuah gambar, maka
semakin halus dan realistik gambar tersebut.
1.
Line-art
Merupakan gambar yang hanya terdiri dari dua warna, biasanya hitam dan putih.
Biasanya gambar jenis ini dijadikan gambar bitmap karena komputer hanya
menggunakan 1 bit (warna hitam yang membentuk gambar, warna putih sebagai
latar) untuk mendefinisikan masing-masing pixel-nya.
2. Grayscale Images
Yang terdiri dari bermacam warna abu-abu dalam menghasilkan warna hitam dan
putih.
3. Multitones
Terdiri dari dua warna atau lebih. Gambar multitones yang biasa digunakan
adalah duotones, yang biasanya terdiri dari paduan warna hitam dengan warna
khusus (Pantone colour). Warna yang digunakan pada gambar di atas adalah paduan
dari warna hitam dengan Pantone Warm Red.
4. Full Colour Images
Merupakan
gambar yang memiliki warna yang tampak realistis. Informasi warna dijelaskan
menggunakan jenis-jenis standar warna seperti RGB, CMYK atau Lab.
Gambar
yang menggunakan data bitmap akan menghasilkan bobot file yang besar. Sebagai
contoh, sebuah gambar dengan standar warna CMYK berukuran A4 yang memiliki
kualitas cetak menengah (medium) menghasilkan bobot file sebesar 40 MB. Dengan
menggunakan kompresi dapat memperkecil bobot sebuah file.
Perbesaran
dimensi gambar merupakan salah satu kekurangan jenis gambar bitmap ini. Begitu
sebuah gambar diperbesar terlalu banyak, akan terlihat tidak natural dan pecah.
Begitu juga dengan memperkecil sebuah gambar, akan memberikan dampak buruk
seperti berkurangnya ketajaman gambar tersebut.
Bitmap
cukup simpel untuk pencetakan selama printer yang digunakan memiliki memori
yang cukup. Mesin cetak PostScript level 1 jaman dulu akan mengalami masalah
ketika mendapatkan sebuah gambar (khususnya Line-art) yang dirotasi, tapi
hardware dan software jaman sekarang dapat menangani berbagai efek manipulasi
gambar apapun tanpa masalah.
Ada
ratusan aplikasi di pasaran yang dapat digunakan untuk membuat atau
memodifikasi file gambar dengan data bitmap. Dalam dunia percetakan, Adobe
Photoshop adalah aplikasi yang mendominasi pasar. Tapi bukan berarti aplikasi
alternatif yang lebih murah seperti Corel Photo-Paint dapat dianggap remeh.
Gambar
dengan format data bitmap dapat disimpan dalam berbagai macam format file,
antara lain:
* BMP: format file yang terbatas, tidak cocok digunakan untuk cetak
* EPS: format file yang fleksibel, yang dapat berisi gambar bitmap maupun
vektor
* GIF: biasanya digunakan untuk grafis-grafis di internet
* JPEG: atau juga format file JFIF, biasa digunakan sebagai grafik atau gambar
di internet karena memiliki tingkat ketajaman gambar yang dapat mempengaruhi
bobot file
* PICT: format file yang dapat berisi gambar bitmap maupun vektor, tetapi
biasanya file ini hanya digunakan oleh komputer Macintosh dan tidak terlalu
cocok untuk cetak
* TIFF: merupakan format file bitmap yang paling populer untuk cetak.
B. Gambar vektor
Grafis
vektor adalah gambar yang ditampilkan menggunakan definisi matematis. Grafis
vektor adalah salah satu metode yang dapat menciptakan hasil terbaik dan
digunakan oleh kebanyakan aplikasi gambar saat ini.
Gambar
vektor biasanya memiliki bobot file yang cukup kecil karena hanya berisi data
mengenai bezier curves yang membentuk sebuah gambar. Format file EPS seringkali
digunakan untuk menyimpan gambar vektor yang dapat memberikan penampilan gambar
bitmap (bitmap preview image) dalam data bezier. Bobot file dari gambar
penampilan biasanya lebih besar dari data bezier-nya sendiri.
Dimensi
gambar vektor biasanya dapat diubah tanpa mengurangi kualitas gambarnya
sendiri. Hal ini yang menjadikannya ideal dalam pembuatan logo perusahaan,
peta/denah, atau objek-objek lain yang seringkali membutuhkan perubahan
skala/dimensi. Perlu diperhatikan, tidak semua gambar vektor dapat diubah
skalanya sesuka Anda:
* Gambar
hanya dapat diubah skalanya hingga 20 persen lebih besar atau lebih kecil
* Garis-garis tipis dapat menghilang jika gambar vektor diperkecil terlalu
banyak
* Kesalahan-kesalahan kecil pada sebuah gambar dapat terlihat jelas ketika
gambar diperbesar terlalu besar
Cukup
mudah untuk membuat sebuah gambar vektor, namun sulit untuk dibuatkan
output-nya. Khususnya penggunaan tiles (objek-objek kecil yang dibuat
berulang-ulang) dan efek lens pada Corel Draw dapat membuat file yang sangat
kompleks.
Ada
ratusan aplikasi di pasaran yang dapat digunakan untuk membuat atau
memodifikasi data vektor. Dalam dunia percetakan, Adobe Illustrator, Freehand
dan Corel Draw adalah aplikasi-aplikasi yang cukup populer.
Secara
umum data vektor dapat disimpan dalam format file:
* EPS: format file yang paling populer untuk menyimpan gambar vektor walaupun
format EPS juga dapat berisi data bitmap.
* PDF: format file yang cukup serbaguna, yang dapat berisi data apa saja
termasuk halaman-halaman lengkap
* PICT: format file yang dapat berisi data bitmap maupun vektor, tetapi
biasanya hanya dapat digunakan oleh komputer macintosh.
C. Perbedaan antara Bitmap dan Vektor
No |
Berbasis
Vektor |
Berbasis
Bitmap |
1 |
Kurang
dapat menampilkan gambar dan gradasi warna secara realistis |
Mampu
menangkap nuansa warna dan bentuk yang natural |
2 |
Bersifat
scalable. artinya kita dapat memperbesar atau memperkecil tanpa mengubah
kualitasnya |
Gambar
kurang jelas jika diperbesar (menjadi kabur dan pecah) |
3 |
Tersusun
oleh garis dan kurva |
Terdiri
atas titik/dot |
4 |
Kualitas
grafik tidak bergantung dari banyaknya piksel |
Kualitas
grafis bergantung dari banyaknya piksel |
5 |
Mempunyai
warna-warna yang solid, cocok untuk bentuk gambar sederhana, seperti logo,
kartun, dsb |
|
Input Device adalah perangkat keras yang digunakan untuk memasukkan perintah pengguna (user), yang dapat berupa perintah pengguna, Teks, gambar, klik kemudian diproses oleh prosesor, dan kemudian ditampilkan oleh output perangkat.
Oleh karena itu, jelas bahwa yang termasuk dalam kategori input device adalah perangkat keras. Tidak ada perangkat input sebagai perangkat lunak. Namun perlu diingat bahwa tidak semua perangkat keras komputer termasuk dalam kategori perangkat input.
Perangkat input tidak langsung adalah perangkat yang memasukkan data secara tidak langsung dari luar komputer. Ini berarti bahwa data harus terlebih dahulu dibaca atau dimasukkan secara manual, yang menempatkan risiko kesalahan cukup tinggi.
Beberapa contoh perangkat input pada komputer adalah: keyboard, periferal (mouse, trackpad, layar sentuh, trackball, stabilo), mikrofon, pemindai, webcam, dan perangkat lain.
Keyboard termasuk tombol yang digunakan untuk memasukkan perintah ke dalam sistem komputer.
Mouse berbentuk seperti mouse, digunakan untuk memasukkan perintah pada komputer.
Scanner bertindak sebagai perangkat input untuk gambar dari dokumen yang dicetak.
Mikrofon bertindak sebagai perangkat input audio.
Webcam biasanya terletak di bagian atas komputer, yang berfungsi sebagai sarana untuk mengambil gambar, serta merekam video.
Mouse adalah perangkat input pada komputer yang menjalankan pointer atau penunjuk di layar untuk menjalankan perintah pada komputer. Ada dua jenis mouse yang biasa digunakan berdasarkan tampilannya:
Cara menghitung IP Address, Subnet mask dan Net ID
Konsep
Subnetting
Subnetting adalah termasuk materi
yang banyak keluar di ujian CCNA dengan berbagai variasi soal.
Juga menjadi momok bagi student atau instruktur yang sedang menyelesaikan
kurikulum CCNA 1 program CNAP (Cisco Networking Academy Program). Untuk
menjelaskan tentang subnetting, saya biasanya menggunakan beberapa ilustrasi
dan analogi yang sudah kita kenal di sekitar kita. Artikel ini sengaja saya
tulis untuk rekan-rekan yang sedang belajar jaringan, yang mempersiapkan diri
mengikuti ujian CCNA, dan yang sedang mengikuti pelatihan CCNA 1.
Sebenarnya subnetting itu apa dan
kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah
jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08,
dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan
informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.
Ketika rumah di wilayah itu makin
banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah
kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang
diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri.
Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi
transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam
mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
Konsep seperti inilah sebenarnya
konsep subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan,
misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing
divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi
dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu
network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl
Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah
seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan
Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas
mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.
Masih mengikuti analogi jalan
diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah.
Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST
ADDRESS.
Terus apa itu SUBNET MASK?
Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi
jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang
berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua
itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang
saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT,
atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki
subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP
Address adalah sbb:
CLASS |
OKTET PERTAMA |
SUBNET MAS DEFAULT |
PRIVATE ADDRESS |
A |
1-127 |
255.0.0.0 |
10.0.0.0-10.255.255.255 |
B |
128-191 |
255.255.0.0 |
172.16.0.0-172.31.255.255 |
C |
192-223 |
255.255.255.0 |
192.168.0.0-192.168.255.255 |
Perhitungan
Subnetting
Setelah memahami konsep Subnetting
dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting.
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang
relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua
pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet,
Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah
dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini
artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0.
Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet
mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet
Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab
dengan tabel di bawah:
|
|
SUBNETTING PADA IP ADDRESS
CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan
saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26
?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan
Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan
sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah
subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang
valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
Subnet |
192.168.1.0 |
192.168.1.64 |
192.168.1.128 |
192.168.1.192 |
Host Pertama |
192.168.1.1 |
192.168.1.65 |
192.168.1.129 |
192.168.1.193 |
Host Terakhir |
192.168.1.62 |
192.168.1.126 |
192.168.1.190 |
192.168.1.254 |
Broadcast |
192.168.1.63 |
192.168.1.127 |
192.168.1.191 |
192.168.1.255 |
Kita sudah selesaikan subnetting
untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang
lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung
seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask |
Nilai CIDR |
255.255.255.128 |
/25 |
255.255.255.192 |
/26 |
255.255.255.224 |
/27 |
255.255.255.240 |
/28 |
255.255.255.248 |
/29 |
255.255.255.252 |
/30 |
SUBNETTING PADA IP ADDRESS
CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba
melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa
digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya
pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing
berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok
subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C,
hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti
Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30
(kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai
oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
|
|
Ok, kita coba dua soal untuk kedua
teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask
dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan
Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
Subnet |
172.16.0.0 |
172.16.64.0 |
172.16.128.0 |
172.16.192.0 |
Host Pertama |
172.16.0.1 |
172.16.64.1 |
172.16.128.1 |
172.16.192.1 |
Host Terakhir |
172.16.63.254 |
172.16.127.254 |
172.16.191.254 |
172.16.255.254 |
Broadcast |
172.16.63.255 |
172.16.127.255 |
172.16.191.255 |
172.16..255.255 |
Berikutnya kita coba satu lagi untuk
Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh
network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan
Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
Subnet |
172.16.0.0 |
172.16.0.128 |
172.16.1.0 |
… |
172.16.255.128 |
Host Pertama |
172.16.0.1 |
172.16.0.129 |
172.16.1.1 |
… |
172.16.255.129 |
Host Terakhir |
172.16.0.126 |
172.16.0.254 |
172.16.1.126 |
… |
172.16.255.254 |
Broadcast |
172.16.0.127 |
172.16.0.255 |
172.16.1.127 |
… |
172.16.255.255 |
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk
ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan
SUBNETTING
PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita
lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET
mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B
di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet
terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A
adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network
address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan
Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
Subnet |
|
|
… |
|
|
Host Pertama |
|
|
… |
|
|
Host Terakhir |
|
|
… |
|
|
Broadcast |
|
|
… |
|
|
Mudah-mudahan sudah setelah anda
membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting
dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini
pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu
di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas
berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara
default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah
mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005
tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya
dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang
CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah
Subnet = 2x – 2